DIMENSI SPIRITUAL DALAM PSIKOLOGI TRANSPERSONAL
(Psikologi Transpersonal sebagai Pola Baru Psikologi Spiritual)
Perkembangan psikologis manusia modern menunjukan suatu gejala,
dimana sisi spiritual manusia nampaknya kini mempunyai signifikansi yang kuat
bagi keseimbangan kehidupan masyarakat modern. Di tengah kekeringan
spiritualitas, masyarakat modern mulai mencari-cari, baik terhadap ajaran
agama; Islam, Kristen maupun Budha atau sekedar berpetualang kembali kepada
alam sebagai 'uzlah' dari kebosanan karena lilitan masyarakat ilmiah-teknologis.1
Dalam ujaran lain, Ruang nilai-nilai yang bersifat transenden
(non-materi) yang selama ini tersingkirkan akibat budaya materialistik
positivistik masyarakat modern, kini mulai disadari sebagai kebutuhan dasar
batin dan jiwa mereka. Masyarakat modern mulai menyadari bahwa kebutuhan
manusia terhadap dimensi spiritualnya adalah suatu hal yang sifatnya alamiah
(fitrah manusia). Bagaimanapun perkembangan manusia, ia akan senantiasa
membutuhkan dimensi spiritual yang bersifat transendental tersebut.2
Karenanya, tidak berlebihan bila banyak kalangan yang
memprediksikan, bahwa kebangkitan spiritualitas akan menjadi fenomena menarik
di abad 21 ini.3
Dari sini pulalah hadir “madzhab keempat” yang sering disebut dengan
psikologi Transpersonal. Aliran psikologi ini mulai menempatkan agama
(spiritualitas).4
sebagai salah satu wilayah kajiannya. Sehingga banyak ilmuwan yang
menganggap aliran ini sebagai pendekatan yang paling representatif dalam
mengkaji gejala-gejala keagamaan atau problem-problem spiritual5
Komunitas psikolog muslim banyak yang terpesona dengan aliran
psikologi ini, bahkan sebagian dari mereka menganggap psikologi Transpersonal
telah mewakili suara Islam. Ekspresi kekaguman pada psikologi madzhab ketiga
ini tampak dari anjuran Malik B. Badri, seorang psikolog muslim kenamaan, agar
para psikolog muslim mempelajari lebih dalam lagi aliran psikologi ini.6
Pendek kata, psikologi Transpersonal telah berhasil menawarkan
khazanah baru dalam kajian ilmiah terhadap agama. Tidak diragukan lagi, bahwa
dalam lintasan sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk psikologi,
berbagai macam usaha untuk memverifikasi bahkan memfalsifikasikan sebuah sains
telah lama berkembang dan merupakan sesuatu yang niscaya.[1]
DAFTAR PUSTAKA
Badri, Malik B. 1995. Dilema
Psikolog Muslim diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari the Dilemma
of Muslim psychologists oleh Siti Zaenab Luxfiati. Jakarta: Pustaka
Firdaus.
[1] Lihat tema-tema sentral tulisan Nurcholis
Majid. 1992. Islam Dokrin dan peradaban:Sebuah Telaah tentang masalah keimanan.
Jakarta: Paramadina, lihat pula tulisannya pada tahun 1988. Islam Kemoderenan
dan Keindonesiaaan. Bandung: Mizan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar