Selasa, 26 Januari 2016

makalah matematika sejarah bilangan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan selama bertahun-tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan negatif, bilangan rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks. Prosedur-prosedur tertentu yang mengambil bilangan sebagai masukan dan menghasil bilangan lainnya disebut sebagai operasi numeris. Operasi uner mengambil satu masukan bilangan dan menghasilkan satu keluaran bilangan. Operasi yang lebih umumnya ditemukan adalah operasi biner, yang mengambil dua bilangan sebagai masukan dan menghasilkan satu bilangan sebagai keluaran. Contoh operasi biner adalah penjumblahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan, dan perakaran. Bidang matematika yang mengkaji operasi numeris disebut sebagai aritmetika.
Di dalam makalah ini saya akan membahas tentang sejarah bilangan,sampai bagaimana proses perkambangan bilangan dari zaman dulu sampai sekarang.

1.2  Rumusan Masalah
a.    Apakah sejarah bilangan itu ?
b.   Bagaimana proses perkembangan bilangan?

1.3  Tujuan Pembelajaran
a.    Untuk memahami tentang sejarah bilangan
b.   Untuk memahami proses perkembangan bilangan

                                                                                                                        

BAB II
PEMBAHASAAN

2.1  Sejarah Bilangan
Awal kebangkitan teori bilangan modern dipelopori oleh Pierre de Fermat (1601-1665), Leonhard Euler (1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M.Legendre (1752-1833), Dirichlet (1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann (1826-1866), Giussepe Peano (1858-1932), Poisson (1866-1962), dan Hadamard (1865-1963).
Sebagai seorang pangeran matematika, Gauss begitu terpesona terhadap keindahan dan kecantikan teori bilangan, dan untuk melukiskannya, ia menyebut teori bilangan sebagai the queen of mathematics.
Pada masa ini, teori bilangan tidak hanya berkembang sebatas konsep, tapi juga banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat pada pemanfaatan konsep bilangan dalam metode kode baris, kriptografi, komputer, dan lain sebagainya. Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita akan selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai simbol untuk menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol diantaranya :



·         Simbol bilangan bangsa Babilonia.
·         Simbol bilangan bangsa Maya di Amerika pada 500 tahun SM.
·         Simbol bilangan menggunakan huruf Hieroglif yang dibuat bangsa Mesir Kuno.
·         Simbol bilangan bangsa Arab yang dibuat pada abad ke-11 dan dipakai hingga kini oleh umat Islam di seluruh dunia.
·         Simbol bilangan bangsa Yunani Kuno.
·         Simbol bilangan bangsa Romawi yang juga masih dipakai hingga kini.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada abad ke-X ditemukanlah manuskrip Spanyol yang memuat penulisan simbol bilangan oleh bangsa Hindu-Arab Kuno dan cara penulisan inilah yang menjadi cikal bakal penulisan simbol bilangan yang kita pakai hingga saat ini, seperti yang tampak dalam gambar berikut:

A.    Perhitungan Primitive Pada Bilangan
Konsep bilangan dan proses berhitung berkembang dari jaman sebelum ada sejarah (artinya tidak tercatat sejarah kapan dimulainya).
Mungkin bisa diperdebatkan, tapi diyakini sejak jaman paling primitif pun manusia memiliki “rasa” terhadap apa yang dinamakan bilangan, setidaknya untuk mengenali mana yang “lebih banyak” atau mana yang “lebih sedikit” terhadap berbagai benda, beberapa penelitian terhadap binatang menunjukkan binatakan juga memiliki “rasa” itu. Suatu suku atau suku bangsa primitif, harus tau seberapa banyak mereka memiliki teman dan seberapa banyak musuhnya.  Sementara proses berhitung kemungkinan dimulai dari metode pencocokan sederhana, dengan prinsip korespondensi satu-satu.
Sebagai contoh saat menghitung jumlah benda, satu jari untuk satu benda bisa jadi adalah asal-usulnya. Proses berhitung kemudian berkembang dengan pengumpulan tongkat kayu atau kerikil, dengan membuat coretan di tanah atau batu, dengan membuat catatan di kulit pohon, membuat ikatan pada ranting. Dan kemungkinan pada tahap berikutnya, mereka mulai mencocokan bilangan dengan suara tertentu.


B.     System Bilangan
Ketika bilangan maupun proses berhitung sudah semakin penting, maka suatu suku bangsa mulai mensistematiskannya, ini dilakukan dengan mengurutkan bilangan kedalam kelompok tertentu, ukuran kelompok ditentukan oleh proses pemasangan anggota. Sederhana, ilustrasi metodenya begini. Misalkan sebuah bilangan, dinamakan b, dipilih sebagai basis untuk berhitung dan nama bilangan diurutkan oleh bilangan 1,2,….,b. Nama bilangan yang lebih besar dari b diperoleh dari kombinasi bilangan yang sudah ada.
Karena jari manusia adalah alat yang baik untuk membantu proses berhitung, tidak aneh kalau paling tepat 10 dipilih sebagai basis, nyatanya tetap dipakai sampai hari ini di sistem bilangan moderen. Lihatlah saja 15 adalah kombinasi 1 dan 5, demikian juga bilangan lainnya yang lebih besar dari 10.
Tapi terdapat bukti-bukti bahwa bilangan lain dipakai sebagai basis. Sebagai contoh, ada penduduk asli QUEENSLAND yang berhitung “one, two, two and one, two twos, dan much” untuk bilangan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6, ini berarti 2 digunakan sebagai basis. Suku di Tierra del Fuego menggunakan 3 sebagai basis, dan suatu suku di Amerika Selatan menggunakan 4 sebagai basis.
Mudah ditebak sistem bilangan dengan basis 5, lebih dikenal dengan skala quinary (quinary scale), pernah digunakan cukup lama. Bahkan sampai hari ini, beberapa suku di Amerika Selatan menghitung menggunakan tangan, ” satu, dua, tiga, empat, tangan, tangan dan satu, tangan dan dua…” dan seterusnya. Para petani Jerman menggunakan kalender dengan basis 5 sekitar tahun 1800.
Terdapat juga bukti bahwa 12 pernah dipakai sebagai basis di jaman dulu, utamanya dalam hubungan ke ukuran. Basis 12 ini diduga dipakai dasar dalam membuat kalender. Pada gambaran lain ukuran jarak satu kaki sama dengan 12 inci, selusin itu 12, setahun 12 bulan dan lain sebagainya. Sistem bilangan dengan basis 20 juga dipakai secara luas, sistem ini digunakan oleh orang indian di amerika dan yang tidak kalah terkenal sistem bilangan berbasis 20 ini digunakan oleh suku Maya (itu loh suku purba yang ngeramal kiamat tahun 2012). Jejak-jekak penggunaan sistem bilangan skala 20 juga ditemukan di Prancis, Denmark dan Wales. Sistem bilangan basis 20 ini lebih dikenal dengan nama skala vigesimal. Dan suku Babylonia (Irak jadul) menggunakan sistem bilangan dengan basis 60, dan masih digunakan saat ini untuk menghitung sudut, dan waktu. Sistem bilangan ini lebih dikenal dengan skala sexagesimal.

C.    Tokoh-Tokoh Sejarah Bilangan
Adapun penjelasan dari pendapat para ahli terdahulu tentang bilangan, sebagai berikut :
Menurut Pythagoras adalah seorang matematika dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai “Bapak Bilangan”, dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis. Menurut Al-Kashi terlahir pada 1380 di Kashan, sebuah padang pasir di sebelah utara wilayah Iran Tengah. Selama hidupnya, al-Kashi telah menyumbangkan dan mewariskan sederet penemuan penting bagi astronomi dan matematika.
Pecahan desimal yang digunakan oleh orang-orang Cina pada zaman kuno selama berabad-abad, sebenarnya merupakan pecahan desimal yang diciptakan oleh al-Kashi. Pecahan desimal ini merupakan salah satu karya besarnya yang memudahkan untuk menghitung aritmatika yang dia bahas dalam karyanya yang berjudul Kunci Aritmatika yang diterbitkan pada awal abad ke-15 di Samarkand.
Selanjutnya menurut Abu Ali Hasan Ibnu Al-Haytam lahir Basrah Irak, yang oleh masyarakat Barat dikenal dengan nama Alhazen. Al-Haytam adalah orang pertama yang mengklasifikasikan semua bilangan sempurna yang genap, yaitu bilangan yang merupakan jumlah dari pembagi-pembagi sejatinya, seperti yang berbentuk 2k-1(2k-1) di mana 2k-1 adalah bilangan prima. Selanjutnya Al-Haytam membuktikan bahwa bila p adalah bilangan prima, 1+(p-1)! habis dibagi oleh p. Fermat menuliskan bahwa “I have discovered a truly remarkable proof which this margin is to small to contain”. Fermat juga hampir selalu menulis catatan kecil sejak tahun 1603, manakala ia pertama kali mempelajari Arithmetica karya Diophantus.
Ada kemungkinan Fermat menyadari bahwa apa yang ia sebut sebagai remarkable proof ternyata salah, karena semua teorema yang dia nyatakan biasanya dalam bentuk tantangan yang Fermat ajukan terhadap matematika lain. Meskipun kasus khusus untuk n = 3 dan n = 4 ia ajukan sebagai tantangan (dan Fermat mengetahui bukti untuk kasus ini) namun teorema umumnya tidak pernah ia sebut lagi. Pada kenyataannya karya matematika yang ditinggalkan oleh Fermat hanya satu buah pembuktian. Fermat membuktikan bahwa luas daerah segitiga siku- siku dengan sisi bilangan bulat tidak pernah merupakan bilangan kuadrat. Jelas hal ini mengatakan bahwa tidak ada segitiga siku-siku dengan sisi rasional yang mempunyai luas yang sama dengan suatu bujursangkar dengan sisi rasional.
Dalam simbol, tidak terdapat bilangan bulat x, y, z dengan sehingga bilangan kuadrat. Dari sini mudah untuk mendeduksi kasus n = 4, Teorema Fermat. Penting untuk diamati bahwa dalam tahap ini yang tersisa dari pembuktian Fermat Last Theorem adalah membuktikan untuk kasus n bilangan prima ganjil. Jika terdapat bilangan bulat x, y, z dengan maka jika n = pq.

D.    Sejarah Bilangan Prima
Dalam sejarah Yunani kuno tercatat nama besar Pythagoras (570 – 500 SM), ia sangat terkenal lewat `Theorem of Pythagoras` dan memunculkan bilangan ganda 3 atau dikenal dengan istilah Pythagorean Triples yang sebenarnya telah ada sejak 1000 tahun sebelum masa Pythagoras. Menurut catatan sejarah bangsa Babilonia telah mengenal ganda 3 tersebut, yang terkenal dengan nama Babylonia Triples.

Di dalam Babylonian tablet Plimton 322, yang diperkirakan berasal dari tahun 1700 S M, tercatat Babylonia Triples tersebut ketenarannya terkalahkan oleh ketenaran nama Pythagorean Triples. Sebenarnya, diantara keduanya terdapat perbedaan. Pada Babylonia Triples disyaratkan bahwa u dan v sebagai generator 2uv, u2 – v2 dan u2 + v2 yang merupakan ukuran sisi-sisi segitiga siku-siku, harus relatif prima dan tidak mempunyai faktor prima selain 2, 3 atau 5. Sebagai contoh, tiga angka seperti (56, 90, 106) adalah Babylonia Triples hal ini dimungkinkan karena jika u = 9 dan v = 5 dan disubstitusikan pada generatornya akan menghasilkan bilangan 56, 90, 106, tetapi untuk ketiga bilangan (28, 45, 53) adalah bilangan Pythagorian Triples tetapi bukan Babylonia Triple, karena untuk u = 7, u memiliki faktor prima 7 bukan 2 atau 3 atau 5.
Bilangan Prima dalam Rumusan Bilangan Sempurna, sesuai karya Euclid dalam buku IX Elements (300 SM) diberikan bukti dari sebuah proposisi, yaitu :
Jika 2n – 1 adalah prima maka 2n – 1.(2n – 1) adalah bilangan sempurna (perfect number). Bukti preposisi tersebut adalah sebagai berikut : Karena 2m - 1 adalah prima maka 2m-1 = p dengan p prima sehingga untuk n = 2m-1.
(2m-1) dan n = 2m-1. p, dengan pembagi-pembagi : 1, 2, 22,…, 2m-1, p, 2p,…, 2m-1. p Jumlah pembagi-pembaginya : 1+2+22+…+p+2p+…+2m-1.p S(n) = (1+2+22+…+2m-1).(1+p) = ( 2m-1).(1+p) = p . (1+p), dengan p = 2 m-1 dan p+1 = 2m- 1+1=2m = p . 2m, sementara n = 2m-1. p maka 2n = 2.2m-1 . p = 2m . p = p . 2m.
Pada masa itu bangsa Yunani telah menemukan 4 bilangan sempurna yaitu 6, 28, 496 dan 8128 (Kart : 458). Berkenaan dengan bilangan sempurna ini, sekitar 2000 tahun kemudian seorang matematika Euler pada tahun 1947 telah mampu menunjukkan bahwa semua bilangan sempurna yang didapat dari rumusan di atas adalah genap. Tidak diketahui sampai hari ini apakah ada bilangan sempurna yang ganjil.

Teorema ke-20 dari buku IX The Elements Euclide menyatakan bahwa “ Tidak ada bilangan prima yang terakhir (There is no last Prime)”. Pernyataan ini menunjukan kata terhinggaan bilangan prima (Infinitude of Prime) yang dibuktikan Euclid dengan menggunakan cara pembuktian kontradiksi. Untuk hal tersebut perhatikanlah definisi bahwa suatu bilangan p prima jika p ¹1 dan pembagi-pembaginya hanya 1 dan p dengan demikian hanya p½p dan 1½p. Misalkan p1, p2, p3, …, pn adalah n prima berbeda maka bilangan prima dapat dinyatakan dengan:
a = p1. p2. p3.….pn 1, maka p1 ½a , karena p1 ½ p1. p2. p3.….pn dan andaikan p1½a maka p1 ½(a-p1. p2. p3.….pn) atau p1 ½1, tentu hal ini tidak mungkin terjadi karena hanya 1½1, sementara p1 prima (p1¹ 1), terjadi kontradiksi, sehingga yang benar: p1½a dan p2½a, p3½a,…, pn½a. Dengan demikian ada suatu bilangan a yang tidak terbagi oleh bilangan prima manapun dengan pengambilan suatu n. Dalam hal ini a adalah bilangan prima yang besarnya ditentukan oleh n. Nilai n dapat membesar sampai tak hingga.

2.2  Perkembangan Teori Bilangan
Sejarah perkembangan sistem bilangan berawal dari zaman Paleolitikum atau zaman batu tua sekitar 30.000 tahun yang lalu. Tanda yang digunakan untuk mewakili suatu angka pada zaman tersebut yakni irisan-irisan atau ukiran yang digoreskan pada dinding gua atau pada tulang, kayu, atau batu. Satu irisan menandakan satu benda, oleh karena itu sepuluh rusa kutub ditandai oleh sepuluh ukiran. Banyaknya tanda berkorespondensi satu-satu dengan banyaknya benda yang dihitung. Karena sistem yang digunakan sangat tidak praktis untuk mewakili suatu angka.
Di Persia, pada abad kelima sebelum masehi, terjadi suatu perkembangan sistem bilangan yakni dengan digunakannya simpul-simpul yang disusun pada tali. Pada abad ketiga belas, suku Inca menggunakan sistem yang sama dengan mengembangkan quipu, suatu tali yang disusun secara horizontal dimana dari tali tersebut digantung berbagai macam benang. Jenis simpul yang digunakan, panjang dari tali, dan warna serta posisi benang menandakan tingkatan kuantitas satuan, puluhan, dan ratusan. Beberapa peradaban juga menggunakan sistem bilangan untuk merepresentasikan banyaknya obyek yang berbeda-beda yakni dengan menggunakan berbagai macam bebatuan, seperti bangsa Sumeria yang menggunakan batu tanah liat yang disebut calculi bahasa latin dari calculi yakni calculus. Tanah liat bangsa Sumeria tersebut digunakan pada abad keempat sebelum masehi. Batu tanah liat kecil yang berbentuk kerucut mewakili banyaknya satu obyek, yang berbentuk bola mewakili banyaknya sepuluh, dan batu tanah liat besar yang berbentuk kerucut mewakili enam puluh.

A.    Penemuan Angka
Penulisan symbol matematika pertama muncul di zaman Babylonia (sekitar 3300 sebelum masehi). Mereka menulis atau menggambar bentuk paku untuk mewakili satu, sedangkan bentuk V mewakili sepuluh. Sembilan paku dan satu V berarti sembilan belas. Zaman berkembang dan melahirkan berbagai peradaban yang juga menggunakan sistem bilangan yang sama dengan bangsa Babylonia. Bangsa Maya misalnya menggunakan garis sebagai representasi dari angka lima dan titik yang mewakili angka satu. Mereka menuliskan 19 dengan tiga garis dan empat titik. Bangsa Mesir kuno menggunakan garis untuk mewakili satuan, bentuk pegangan keranjang untuk puluhan, bentuk gulungan tali untuk ratusan, dan bentuk bunga lotus untuk mewakili ribuan. Sistem bilangan tersebut adalah contoh sistem bilangan penjumlahan, karena nilai dari suatu angka sama dengan jumlah nilai dari simbol yang mewakilinya. Bangsa Romawi yang menemukan sistem biilangan Romawi juga dianggap sebagai sistem bilangan penjumlahan. Misalnya XI berarti 10 + 1 = 11. Keunggulan dari sistem bilangan romawi ini yakni, apabila menempatkan angka yang lebih kecil di depan sebelum bilangan yang lebih besar maka akan menandakan pengurangan misalnya IX berarti 10 – 1 = 9.

B.     Penemuan Sistem Nilai Tempat
Pada sistem bilangan yang telah dituliskan di atas, nilai digit hanya mempunyai sedikit hubungan bahkan tidak sama sekali terhadap posisi di mana mereka dituliskan. Bahkan, pada sistem bilangan romawi, meski penempatan tertentu dapat bermakna pengurangan. Ia tetap berarti satu meski ditempatkan sebelum atau sesudah X. C selalu bernilai seratus dimanapun posisinya dituliskan; MCI berarti seribu seratus satu. Bilangan yang bergantung pada tempat yang merupakan ciri khas dari sistem bilangan sekarang merupakan gagasan penting pada evolusi sistem bilangan. Ide dari sistem bilangan tersebut menggunakan sistem perkalian.
Contohnya yakni digit 2 pada kolom kedua dari kiri menandakan dua kali sepuluh, tetapi apabila ditempatkan pada kolom ketiga dari kiri berarti dua kali seratus. Bilangan 1 sampai 9 muncul di India pada prasasti-prasasti di abad ke-13, namun ide dari angka 0 pada saat itu belum ditemukan. Gabungan angka yang bergantung tempat dan ide dari angka 0 di India pada abad kelima setelah masehi, dalam perjalanannya dari Arab ke Eropa, menghasilkan sistem bilangan baru yang handal. Sistem yang membawa kemajuan dalam perhitungan dan perkembangan matematika modern. Pada abad ke-9, seorang matematika Persia, Muhammad Ibn Musa al-Khwarismi menulis suatu buku yang berjudul “Buku Penjumlahan dan Pengurangan dengan Cara Bangsa India” melahirkan ide baru. Buku tersebut menjadi terkenal di Eropa dan selanjutnya diterjemahkan ke bahasa Latin pada abad ke-12 yang melahirkan kolom aritmetika, yakni menggunakan sistem simpan dan pinjam pada metode perhitungan.
Dari waktu ke waktu kolom aritmetika dikenal sebagai algorism-nama latin dari al-Khwarismi. Dan sekarang ini, kita menggunakan istilah algoritma.
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik. Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam. Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya rumahan. Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini. Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat.
Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima tempat desimal. Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem decimal.

C.    Perkembangan Macam-Macam Bilangan
·         Bilangan Bulat adalah bilangan yang terdiri atas bilangan positif, bilangan nol, dan bilangan negatif.
Misal : ...-2,-1,0,1,2…
·         Bilangan asli adalah bilangan bulat positif yang diawali dari angka 1(satu) sampai tak terhingga.
Misal : 1,2,3…
·         Bilangan cacah adalah bilangan bulat positif yang diawali dari angka 0 (nol) sampai tak terhingga.
Misal : 0,1,2,3,…
·         Bilangan prima adalah bilangan yang tepat mempunyai dua faktor yaitu bilangan 1 (satu) dan bilangan itu sendiri.
Misal : 2,3,5,7,11,13,… (1 bukan bilangan prima, karena mempunyai satu faktor saja).
·         Bilangan komposit adalah bilangan yang bukan 0, bukan 1 dan bukan bilangan prima.
Misal ; 4,6,8,9,10,12,…
·         Bilangan rasional adalah bilangan yang dinyatakan sebagai suatu pembagian antara dua bilangan bulat (berbentuk bilangan a/b, dimana a dan b merupakan bilangan bulat).
Misal: 1/2 ,2/(3 ),3/4…
·         Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan sebagai pembagian dua bilangan bulat.
Misal: π, √3 , log 7 dan sebagainya.
·         Bilangan riil adalah bilangan yang merupakan penggabungan dari bilangan rasional dan bilangan irasional
Misal: 1/2 √(2 ),1/3 √5,1/4 π,2/3 log2 dan sebagainya.
·         Bilangan imajiner (bilangan khayal) adalah bilangan yang ditandai dengan i, bilangan imajiner i dinyatakan sebagai √(-1). Jadi, jika i = √(-1) maka i2= -1

D.    Lambang Bilangan dan Perkembanganya
Konsep bilangan pada awalnya hanyalah untuk kepentingan menghitung dan mengingat jumlah. Lambat laun, setelah para ahli matematika menambah perbendaharaan simbol dan kata yang tepat untuk mendefinisikan bilangan, bahasa matematika ini menjadi sesuatu yang penting dalam setiap perubahan kehidupan. Tak pelak lagi, bilangan senantiasa hadir dan dibutuhkan dalam sains, teknologi dan ekonomi bahkan dalam dunia musik, filosofi dan hiburan.
Berdasarkan fakta sejarah peradaban manusia, dahulu kala ketika orang primitif hidup di Gua-gua dengan mengandalkan makanannya dari tanaman dan pepohonan disekitar gua atau berburu untuk sekali makan, kehadiran bilangan, hitung menghitung atau matematika tidaklah terlalu dibutuhkan. Tetapi, tatkala mereka mulai hidup untuk persediaan makanan, mereka harus menghitung berapa banyak ternak miliknya dan milik tetangganya atau berapa banyak persediaan makanan saat ini, mulailah mereka membutuhkan dan menggunakan hitung menghitung. Pada awalnya cukuplah menggunakan konsep lebih sedikit dan lebih banyak untuk melakukan perhitungan. Misalnya untuk membandingkan dua kelompok ayam yang berbeda banyaknya seperti pada gambar 1.2, mereka hanya bisa membandingkan banyak sedikitnya kedua kelompok ayam tersebut. Akan tetapi, kepastian jumlah tentang milik seseorang atau milik orang lain mulai dibutuhkan, sehingga mereka mulai mengenal dan belajar perhitungan sederhana.
Mula-mula, manusia menggunakan benda-benda seperti kerikil, sampul pada tali, jari jemari, atau ranting pohon untuk menyatakan banyaknya hewan dan kawanannya atau anggota keluarga yang tinggal bersamanya. Inilah dasar pemahaman tentang konsep bilangan. Ketika seseorang berfikir bilangan dua, maka dalam benaknya telah tertanam pengertian terdapat benda sebanyak dua buah. Misalnya, dalam gambar 1.3 terdapat dua buah katak dan dua buah kepiting dan selanjutnya kata “dua” dilambangkan dengan “2”. Perkembangan selanjutnya menyatakan bilangan dengan menggunakan contoh benda tersebut di atas dirasakan tidak cukup praktis, maka orang mulai berfikir untuk menggambarkan bilangan itu dalam suatu lambang. Lambang (simbol) untuk menulis suatu bilangan disebut angka.










E.     Contoh Gambar Sejarah Bilangan Masalalu
Suku-suku di pedalaman Irian Jaya masih banyak yang belum mengenal lambang bilangan. Mereka menggunakan bagian-bagian tubuh mereka untuk melambangkan bilangan.


Laki-laki dari suku Asmat

Orang-orang zaman purba mungkin membuat simpul tali untuk menunjukkan jumlah ternak yang dia miliki 



Mungkin orang-orang primitif menggunakan kesepuluh jari tangan untuk menunjukkan bilangan atau menggunakan ranting. 

4 jari untuk menunjukkan 4 ekor kambing

9 ranting untuk menunjukkan 9 ekor ternak

Tetapi jika hewan peliharaan yang dihitung lebih dari 10, mungkin mereka menggunakan kerikil untuk membantu.
10 jari = 1 kerikil


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jika dilihat dari pembahasan di atas, maka pada sejarah telah membuktikan bahwa matematika, khususnya sistem bilangan pada awalnya tidak seragam, berbeda di tiap suku bangsa. Jadi matematika dalam kasus ini sistem bilangan, sangat mirip dengan bahasa, yakni berbeda di tiap suku bangsa, tapi pada prinsipnya bisa diterjemahkan satu sama lain.
Dan sebagaimana bahasa inggris mendominasi bahasa yang digunakan di dunia, maka sistem bilangan basis 10 adalah yang paling banyak disepakati suku bangsa dan menjadi sistem bilangan internasional. Tapi seperti bahasa juga, sistem bilangan ini juga mengalami asimilasi, jadi walaupun menggunakan sistem bilangan basis 10 (desimal), 1 tahun tetap 12 bulan dan 1 jam tetap 60 menit.
3.2 Saran
1.      Harus bisa memahami matematika beserta sistemnya, karena semua permasalahan hidup sebenarnya bisa diselesaikan jika kita bisa memahami konsep matematika.
2.      Meningkatkan intelektual setiap manusia agar bisa menyelesaikan masalah secara efektif dan efesien.
3.      mengubah pola pikir dan paradigma manusia dalam menjalani kehidupan.










DAFTAR PUSTAKA

Anglin, W.S. (1994).Mathematics: A Concise History and Philosophy, Springer-Verlag, New York.
Evans, P.J. (1970). Mathematics Creation and Study of Form California:Addison Wesley.
Suryadi,pena,2007,sejarah bilangan, diambil :
http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2068232-pengertian bilangan.html. 28 september 2012 Saripudin, 2006, perkembang sejarah bilangan, di ambil dari :
28 september 2012
                                                                                                      

















MAKALAH
PENGERTIAN DAN SEJARAH BILANGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Matematika
 Dosen Pengampu : Liyana Sutanto, M.Pd








Disusun oleh : Kelompok 1
1.      Ade Riyana              (150641082)
2.      Afiah Fifi Fitria        (150641096)
3.      Aina Lestari             (150641076)
4.      Anis Yuningsih        (150641093)
5.      Dede Suhendro        (150641064)



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar